Kamis, 18 Juni 2015

[Oneshoot] Missing You in the Rain


[Oneshoot] Missing You in the Rain
v
Author            :           Niken Prawidyasari (Park Sung Rin) [ nikenprawidyasari27@gmail.com │ http://nikensari27.wordpress.com ]
Cast                :
  1. Son Naeun A-Pink as Son Naeun
  2. Kim Myungsoo Infinite as Kim Myungsoo
  3. Another Cast can you find by yourself
Length            :           Oneshoot
Rate                :           PG-13, Teenagers
Genre             :           Romance, happy, sad
Note                :           Ini ff terisnpirasi salah satu ff yang dibuat sama kak Pramudiaah dan disana castnya adalah Luhan EXO yang termasuk bias saya. Selain itu, juga terinspirasi sama salah satu adegan Mvnya K.Will yang You Don’t Know Love. Yang tahu pasti sadar itu ada yang mirip dikit. Maaf kalo banyak typo yang bertebaran, karena memang saya ini baru. Cast adalah milik orang tua, agensi, dan Tuhan Yang Maha Esa. Dan ide cerita adalah hasil pemikiran saya sendiri. Kalo ada kesamaan nama, tokoh, dan lainnya mohon dimaafkan karena ini hanya cerita fiksi.
Happy reading~
Kududukkan tubuhku di kursi belajarku dan memangdangi bulir-bulir air hujan yang berjatuhan. Semakin lama, bulir-nulir tersebut semakin banyak dan semakin deras. Entah kenapa, perasaanku saat ini seperti dicampur aduk meski rasa sedihlah yang paling banyak memenuhi rongga dadaku saat ini. Sesak. Dan hujan. Ya, hujan. Karenanya aku pun mengingat kembali kenangan masa laluku.
Flashback On
Kulangkahkan kakiku menuju sebuah taman yang indah yang tersembunyi di kota Seoul. Bagaimana tidak, hanya sedikit yang megunjungi tempat ini dan keindahannya memang tak dapat ditolak. Lihat saja, bunga-bunga pun bermekaran dan harumnya semerbak. Membuatku ingin menciumi bau yang mereka timbulkan. Akhirnya setelah lama berjalan–sambil memandangi bunga-bunga−aku pun sampai di salah satu bangku di taman ini.
Disana, sudah ada seseorang yang menungguku. Ia seorang lelaki, dan lelaki itu adalah kekasihku, Kim Myung Soo namanya. Jujur, aku sangat beruntung dan bangga bisa memiliki kekasih sepertinya. Tampan, pintar, dan pandai bergaul. Oleh sebab itu, banyak sekali orang-orang yang senang dengannya.

 
Saat aku akan menghampirinya, ia ternyata telah menyadari keberadaanku. Ia tersenyum kepadaku lalu berdiri menghampiriku. Dan apa yang ia lakukan? Ia memelukku, memberikan kenyamanan tersendiri bagiku, ia benar-benar pria yang baik. Kami memang sekarang berhubungan jarak jauh. Aku di Korea dan dia di Jepang. Ia saat ini bekerja sebagai photographer terkenal.
Akhirnya pelukan kami untuk sekedar melepas rindu berakhir dan ia mengajakku untuk duduk di bangku yang tadi ia duduki saat menungguku.
“Oppa, apa kau sudah lama menungguku? Maafkan aku, aku tadi berkeliling sebentar.” Aku pun membuka pembicaraan. Kulihat, ia hanya mengangguk sambil menunjukkan senyumnya kepadaku.
“Tak apa chagi, ini bukan salahmu. Aku tadi memang sengaja datang lebih awal. Ada yang ingin aku bicarakan padamu.”
“Memangnya ada apa?” aku mulai penasaran dengan apa yang ingin ia bicarakan padaku. Oh ayolah, siapa yang tak penasaran.
“Ehm..., jadi begini....,” ia menghentikan ucapannya sebentar. Ia menghela napas panjang lalu akan meneruskan ucapannya. Namun, sebelum ia melanjutkan ucapannya, bulir-bulir air tiba-tiba mengagetkan kami. Hujan.
Ia pun akhirnya menarikku menuju ke sebuah pohon yang besar. Kami berteduh disana. Disana hanya ada kami saja. Hanya kami berdua dan keheningan akhirnya tak dapat dihindari.
ß
Tiba-tiba ia akan pergi sebentar. Aku yang agak takut refleks menarik tangannya. Menghentikan langkahnya dan menahannya agar tak pergi. Ia lalu menghadap ke arahku.
“Kau mau kemana? Jangan tinggalkan aku disini sendirian, Oppa.”
“Aku tak akan lama, Chagi. Tenang saja, aku akan kembali.”
Akhirnya, ia melepas kaitan tanganku di lengannya dan pergi menjauh sampai tak terlihat lagi. Setelah lama menunggu, akhirnya ia kembali. Namun ada yang aneh. Ia menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.
Ia tersenyum kepadaku. Lagi, aku selalu terbius dengan senyumannya itu. Aku pun membalas senyumannya. Setelahnya, kulihat ia sedang sibuk merogoh saku celananya.
“Chagi, tutup matamu sebentar. Jebal.” Ia tiba-tiba saja menyuruhku untuk menutup kedua kelopak mataku. Memangnya ada apa sebenarnya? Meski penasaran kini melandaku, aku tak berani bertanya kepadanya dan langsung saja menutup kedua kelopak mataku.
“Memangnya ada apa sih, Oppa?” aku melontarkan kalimat itu secara tak sadar, tapi aku merasa lega. Memang siapa sih yang tidak penasaran dengan yang ia lakukan sekarang?
“Sudahlah, tutup saja matamu, Son Naeun. Nanti aku juga akan menyuruhmu membuka mata dan kau akan tahu nanti. Aku tak akan meninggalkanmu.” Baiklah, ia memang misterius. Jadi, sekarang yang aku lakukan hanya menunggunya selesai sambil tetap menutup kelopak mataku. Namun, tiba-tiba saja ia menuntunku menuju kesuatu tempat. Aku tak sempat bertanya kepadanya karena ia telah menempelkan jari telunjuk miliknya di bibirku dan berbisik.
“Sssttt..., ikuti saja aku dan jangan membuka matamu. Dan jangan bertanya, arra?” dan aku hanya mengangguk dan mulai mengikuti langkahnya yang mulai menuntunku.
ß
Akhirnya kami berhenti. Sepertinya kami sekarang sudah sampai tempat yang Myungsoo Oppa maksud. Ia lalu mendudukkanku di salah satu tempat yang ternyata adalah sebuah ayunan yang dapat dinaiki oleh beberapa orang karena mengingat hari ini masih hujan, walaupun hanya rintik-rintik saja.
“Sekarang, kau bisa membuka matamu, Chagi.”
Huh..., akhirnya aku diperbolehkan untuk membuka kedua kelopak mataku. Jika saja yang menyuruhku untuk menutup mata adalah Oppaku, aku tak akan pernah menurutinya. Untung saja ini Myungsoo Oppa yang notabene adalah kekasihku.
Namun, rasa legaku hilang sekejap setelah melihat kekasihku ini malah berjongkok di depanku.
“Kenapa kau malah berjongkok disana, Oppa? Duduklah disini, hari masih hujan. Nanti kau bisa sakit.”
Namun ia hanya menggelengkan kepalanya, membuatku tambah bingung dengan kelakuannya hari ini. tiba-tiba saja ia menyodorkan setangkai bunga mawar merah dihadapanku. Dan itu membuatku tambah bingung.
“Uh, Oppa? Ini..., bunga ini untukku?” kulihat Myungsoo Oppa hanya mengangguk. Ia masih mengenggam tangai bunga mawar itu yang sepertinya tak ada durinya. Aku pun menerimanya. Tiba-tiba saja−
Saat aku memegang tangkai mawar itu, Myungsoo Oppa segera melepas kaitan jarinya pada tangkai mawar itu dan ternyata....., ada sebuah benda yang jatuh mengenai jariku. Sebuah cincin yang indah.
“Son Naeun, aku hanya akan mengatakan ini satu kali saja. Jadi, dengarkan dengan baik-baik.”
Lamunanku tentang cincin ini lenyap setelah mendengar suaranya. Ia tiba-tiba saja menjadi serius. Ada apa ini? jebal, jika kalian tahu beritahu apa yang terjadi sekarang juga.
“Son Naeun, maukah kau menjadi milikku dan selalu berada di sisiku? Aku pasti akan membahagiakanmu, percayalah.” apa ini? apakah ini bisa disebut dengan yang namanya lamaran? Oh kenapa sangat mendadak?
“Op-op-oppa? A-are you se-ri-ous-ly?” ucapku gugup kepada Myungsoo Oppa. Aku masih shock, Myungsoo Oppa melamarku? Hari ini? oh aku tak percaya. Jika ini mimpi maka bangunkanlah aku sekarang. Tapi sayang, ini bukan mimpi.
“Yes, i’m. So, let me know your answer.”
Ahh apa ini? degup jantungku berdenyut dengan kencang. Hemm... aku harus jawab apa? Dan akhirnya aku mengangguk. Aku menerima lamarannya.
Kulihat ia mengembangkan senyumnya. Senyum terbaiknya selama ini. ia lalu memasangkan cincin yang tadi berada di tanganku. Ok, mulai hari ini, jam ini, menit ini, dan detik ini aku resmi menjadi tunangan Myungsoo Oppa.
Setelah memasangkan cincin di jari manis kiriku, aku dan Myungsoo Oppa pun berpelukan. Merealisasikan rasa bahagia kami berdua serta menghangatkan badan kami yang mulai merasa kedinginan.
Flasback End
Aku memasang senyum indahku saat mengingat kejadian tadi. Kejadian yang sangat indah dalam hidupku. Semenjak kejadian Myungsoo Oppa melamarku, kami semakin hari semakin dekat. Meskipun kami berhubungan jauh−karena Myungsoo Oppa kembali ke Jepang−kami masih bisa berkomunikasi malahan kami sangat sering berkomunikasi. Entah kenapa, aku ingin sekali ia berada disisiku.
Namun seketika sekelebatan kejadian muncul lagi di dalam otakku. Dan itu membuatku pusing. Oh, ini kejadian yang sangat pahit. Aku tak menyangka kejadian ini masih saja aku simpan di otakku. Karena kejadian itu, sekarang aku tak akan pernah bisa bersama Myungsoo Oppa. Ia pergi dan tak akan pernah kembali lagi.
Flashback On
Aku saat itu sedang berada di kampus. Tepatnya berada di kantin kampus. Maklum ini sedang jam istirahat jadi aku memutuskan untuk mengisi perutku sebelum melanjutkan mata kuliahku selanjutnya.
Saat itu aku bersama sahabatku. Mereka adalah Chorong, Eunji, Namjoo, Bomi, Hayoung, dan Yookyung. Kami memang sering sekali menghabiskan waktu kami di kantin. Saat kami asyik mengobrol, tiba-tiba ponselku berdering. Aku pun segera mengangkat panggilan itu.
“Yeoboseyo, Jongin-ah ada apa kau menelponku?” yang meneleponku adalah Kim Jongin, adik dari Myungsoo Oppa.
“Noona, bisakah kau pergi ke rumah kami? Ada satu hal yang akan kami bicarkan denganmu.”
“Tapi Jongin, aku masih ada jam kuliah. Bisakah nanti saja?”
“Aniyo, Noona. Ini harus kami sampaikan sekarang padamu. Bisakah kau ijin pada dosenmu? Ini hal yang sangat penting.” Tiba-tiba saja aku berfirasat yang tidak enak. Ada apa ini?
“Baiklah, Jongin-ah aku akan kesana. Sampai jumpa.” Aku pun akhirnya memutuskan sambungan teleponku dengan Jongin. Setelah menaruh ponselku di dalam tas aku segera mengemasi barangku yang berada di meja.
“Ya! Son Naeun, kau mau kemana?” salah satu sahabatku pun bertanya padaku. Ia Jung Eunji. Raut wajahnya bingung. Mungkin bingung dengan apa yang aku lakukan.
“Aku harus ke rumah Myungsoo Oppa sekarang. Jadi, bisakah kalian menyampaikan ijinku pada Lee seonsaengnim?”
“Memangnya ada apa disana?” kini yang bertanya adalah Chorong.
“Molla. Jadi kalian bisa kan menyampaikan ijinku?”
“Oh.., geurae. Ne, nanti kami sampaikan ijinmu padanya. Ia dosen yang pengertian kok. Ya sudah, hati-hati Son Naeun, sampai jumpa.”
Aku pun hanya mengangguk dan cepat-cepat membereskan barangku, lalu segera menuju ke tempat parkir dimana aku memakirkan mobilku. Setelahnya, aku pun langsung keluar dari pelataran kampusku dan segera menuju ke ruamh Myungsoo Oppa.
ß
Kini aku telah berada di pelataran rumah Myungsoo Oppa. Tapi ada yang aneh dengan rumahnya. Kenapa sepi sekali? Padahal biasanya rumah ini selalu ramai, meskipun Myungsoo Oppa masih berada di Jepang. Ya, karena selama ini rumah itu dihuni oleh semua keluarga besar Myungsoo Oppa maka ramailah rumah ini.
Aku langsung saja masuk ke rumah ini, karena Jongin sudah menungguku di depan tadi. Ia juga yang membukakan gerbang rumahnya untukku. Oh, sungguh baik sekali anak itu.
“Jongin-ah, waeyo? Katanya ada yang mau keluarga kalian bicarakan padaku. Memangnya ada apa?”
Kulihat Jongin menghela napas panjang. Kira-kira ada 5 kali ia melakukan itu. Akhirnya ia membuka suaranya.
“Ayo, ikut aku.” Ia pun lalu berjalan di depan, sedangkan aku hanya mengekor di belakang. Aku masih penasaran ada apa ini, sampai akhirnya, ia menghentikan langkahnya di kamar Myungsoo Oppa.
“Jongin-ah, Myungsoo Oppa pulang ya? Lalu ia dimana?” tanyaku pada Jongin dengan nada polos. Namun, aku menyadari raut wajah Jongin berubah menjadi sendu.
“Noona, Myungsoo hyung tak akan kembali.” Apa maksud dari perkataan Jongin tadi? Aku bingung.
“Apa maksudmu, Jongin? Aku tak mengerti.”
“Myungsoo hyung tak akan pernah kembali lagi, Noona. Ia......, sudah tak ada. Ia pergi meninggalkan kita semua.”
“Apa maksud dari perkataanmu, Jongin?”
Jawab aku sekarang, Kai!” apa yang ia bilang tadi? Myungsoo Oppa sudah tak ada? Apa ia gila? Dua hari lalu aku barusaja meneleponnya. Tak mungkin ia...
“Noona, ikhlaskan kepergian Myungsoo hyung. Maafkan kesalahannya, jangan sedih Noona. Ia tak suka melihatmu menangis.”
Hatiku mencelos. Ini tak mungkin terjadi. Myungsoo Oppa...... meninggal? Ini tak mungkin. Lusa kemarin, ia barusaja bercakap denganku. Oh? Jika ini mimpi bangunkan aku sekarang. Aku tak suka mimpi ini.
“Noona, ini nyata bukan mimpi. Saat itu, tepatnya saat aku meneleponnya kemarin, ia ingin sekali pulang ke Korea. Ia ingin memberimu kejutan Noona karena ia tahu kau juga merindukannya sama sepertinya. Saat akan menuju bandara, tiba-tiba saja taksi yang ia tumpangin mengalami kecelakaan beruntun. Saksi mata bilang, ia melihat Myungsoo hyung mendapatkan luka cukup parah.
Akhirnya, ambulans pun datang dan membawanya ke Rumah Sakit terdekat. Kata dokter, ia kehilangan cukup banyak darah. Dokter pun mengatakan, Myungsoo hyung telah meninggal. Pihak Rumah Sakit lalu menghubungi keluarga kami dan mengatakan Myungsoo hyung telah tiada sampai kejadian yang ia alami itu. Lalu Orangtuaku dan Myungsoo hyung, orangtua Joonmyun hyung dan orangtua Baekhyun hyung langsung pergi ke Jepang. Maka dari itu, rumah ini sepi. Hanya ada aku, Baekhyun hyung, Joonmyun hyung dan beberapa teman-teman kami yang bermalam disini.”
Tak terasa setelah mendengar berita itu, air mata yang sudah aku tahan agar tak keluar jatuh mengenai pipiku. Aku sakit, tepatnya di hatiku. Aku tak menyangka Myungsoo Oppa benar-benar sudah pergi. Penjelasan dari Jongin sudah cukup membuktikan jika itu memang benar. Jongin, adik Myungsoo Oppa tak akan berbohong padaku. Dan sekarang yang aku lakukan hanya menangis. Menangisi kepergiannya yang terlalu mendadak.
“Myu-myung-soo Op-op-pa....” kini aku hanya bisa menangis dan menangis sejadi-jadinya dan Jongin menenagkanku. Bersamaan itu, tiba-tiba Baekhyun Oppa datang menghampiri kami. Ia pasti berpikir bahwa aku telah tahu apa yang terjadi dan ia mengelus punggungku. Mencoba menenangkanku.
“Son Naeun, sudah jangan menangis. Myungsoo tak suka melihatmu menangis. Ia pasti sangat sedih disana. Jangan kecewakan ia, Naeun.” Ucap Baekhyun Oppa padaku. Aku hanya mengangguk.
Setelahnya, aku merasa Jongin dan Baekhyun Oppa memelukku. Memberikan kehagatan dan memberika ketenangan padaku. Betapa beruntungnya aku bisa menjadi kekasih dari Myungsoo Oppa, keluarganya memang sangat baik.
Flashback End
Aku pun menghapus air mataku yang mengalir membasahi pipiku. Kejadian itu tak bisa aku lupakan bahkan seumur hidupku. Dan, setelah dua hari berlalu setelah kejadian itu, abu Myungsoo Oppa dibawa pulang ke Korea lalu ditebar di Laut. Saat itu, hanya aku, Baekhyun Oppa, Jongin, dan Joonmyun Oppa yang menebar abu itu. Aku masih ingat, saat itu aku masih menangis. Aku juga bingung, air mataku tak habis-habis juga dan aku masih bisa menangis saat itu.
Saat itu juga, tiba-tiba suara Oppaku yang berada di lantai satu rumahku terdengar di gendang telingaku.
“SON NAEUN!!!! AYO MAKAN SIANG! KAU DARITADI HANYA DI KAMAR TAK MEMBANTUKU LAGI!! MEMANGNYA KAU MENGERJAKAN APA DISANA? SUDAHLAH CEPATLAH TURUN SEBELUM MAKANAN INI DINGIN!”
Dasar Oppaku itu. Ia menyebalkan sekali sih, tak peka. Akhirnya, setelah memastikan mataku tak bengkak dan suaraku tak serak lagi. Aku segera pergi ke lantai satu rumahku. Namun, aku menghampiri salah satu pigura yang berada di dinding kamarku. Fotoku dengan Myungsoo Oppa.
“Aku tak akan pernah melupakanmu Oppa, bahkan seumur hidupku. Kau adalah hal berharga yang telah mengisi hidupku. Jeongmal Gomawo.”
Kutatap foto tersebut. Kami tersenyum dalam foto itu. Dan jangan lupakan, senyuman manis miliknya yang berhasil memikat hatiku. Ia benar-benar tampan sekali saat itu.
Setelah cukup puas, aku pun beranjak menghampiri Oppaku yang sudah menungguku di meja makan.
Meskipun kau sekarang tak ada, kau selalu ada disini. Di hatiku. Sampai kapanpun, aku tak akan pernah bisa menghapus dirimu. Aku akan selalu setia padamu. SARANGHAE.
ß~FINISH~ß

Tidak ada komentar:

Posting Komentar